Bagaimana
penjelasannya?
Ketika
suatu cairan (misalkan air) dalam suatu wadah dibiarkan di udara
terbuka, maka lama kelamaan air tersebut akan habis. Hal ini terjadi
karena air tersebut menguap. Pada suhu normal (bukan pada titik didih
air), penguapan hanya terjadi pada bagian permukaan cairan. Hal ini
terjadi karena bagian permukaan adalah bagian yang paling dekat
dengan udara luar sehingga partikel air di bagian permukaan memiliki
kesempatan paling besar untuk meninggalkan fasa cair menuju fasa gas
(menguap).
Semakin
tinggi suhu, semakin cepat penguapan terjadi, sedangkan semakin
rendah suhu, maka penguapan pun berlangsung semakin lambat. Jika
wadah yang berisi air ini kita tutup rapat sehingga tidak ada uap air
yang dapat lepas ke udara terbuka, maka uap tersebut akan
terperangkap di ruang antara tutup wadah dengan permukaan air.
Penguapan ini akan terus berlangsung sampai pada suatu ketika, ruang
tersebut sudah “penuh sesak” oleh uap air. Keadaan ini menghambat
penguapan air lebih lanjut.
Selanjutnya,
karena partikel-partikel uap air terus bergerak, maka mereka akan
menumbuk ke sana kemari, sehingga sebagian partikel uap air tersebut
ada yang menumbuk cairan dan kembali menjadi air. Ketika ada sebagian
uap air yang berubah menjadi air (mengembun), maka dia menyisakan
ruang kosong yang kemudian akan diisi oleh partikel air lain yang
berubah menjadi uap air (menguap). Begitu seterusnya, sehingga akan
terbentuk kesetimbangan air–uap
air,
dan kondisi ini dinamakan
kondisi kesetimbanganuap
jenuh.
Nah,
tekanan yang ditimbulkan oleh uap jenuh ini dinamakan tekanan
uap jenuh.
(perlu diketahui, tekanan gas ditimbulkan oleh tumbukan antara
partikel gas dengan dinding wadahnya).
Gambar kiri : gelas yang tertutup rapat yang berisi air sebanyak
setengahnya, sehingga menyisakan ruang diatasnya. Gambar Kanan : Bagan yang
memperlihatkan kesetimbangan yang terjadi antara air dengan uap.
Semakin
banyak uap yang dihasilkan oleh suatu zat, maka semakin banyak
partikel gas yang dihasilkan, sehingga semakin besar pula tekanan
uapnya. Beberapa zat memiliki tekanan uap yang lebih besar daripada
yang lainnya. Zat-zat seperti etanol, bensin, dietil eter, dll,
memiliki tekanan uap yang lebih besar daripada zat yang lainnya
seperti air. Akan tetapi, tekanan uap tidak hanya berkaitan dengan
zat cair, padatan pun memiliki tekanan uap, namun nilainya kecil
sekali, bahkan bisa diabaikan.
Zat-zat
yang mudah
menguap atau
memiliki tekanan
uap yang besar disebut
dengan zat
volatile.
Zat-zat
tersebut memiliki tekanan uap yang besar karena memiliki gaya tarik
antarpartikel yang rendah sehingga interaksi antar partikelnya lebih
mudah putus. Kebalikan dari zat volatile
adalah zat
nonvolatile
(tidak
mudah menguap). Zat-zat seperti ini adalah zat-zat yang pada suhu
kamar berwujud padat seperti, gula, garam, urea, glukosa, dll.
Tekanan
uap dipengaruhi oleh suhu. Semakin besar suhu, maka energi
kinetik zat semakin besar sehingga interaksi antarpartikelnya melemah
yang akibatnya menjadi lebih mudah putus, dengan begitu akan lebih
cepat menjadi uap (gas). Artinya, tekanan uapnya meningkat.
Nah,
dari uraian diatas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa tekanan uap
suatu zat juga dapat didefinisikan sebagai besarnya
tekanan atau kemampuan
yang
dimiliki partikel-partikel zat tersebut untuk
melepaskan diri dari
kelompoknya dan keluar bebas sebagai gas (menguap).
Demikian penjelasan ringkas tentang tekanan uap, insya Allah kita akan lanjutkan dengan konsep penurunan tekanan uap suatu cairan ketika ditambahkan ke dalamnya zat terlarut yang sukar menguap (nonvolatile).
Makasih gan bermanfaat nih
BalasHapusMakasih
BalasHapusThanks
BalasHapusMax
BalasHapusMax
BalasHapusterimakasih
BalasHapusPengen deh balik ke taun" ini kayak 2013-2016
BalasHapus