Pada
bagian ini kita akan mempelajari tentang konsep isomer dan
hubungannya dengan kehidupan kita. Sebagaimana nanti yang akan kita
pelajari, senyawa-senyawa yang berisomer satu sama lain akan memiliki
perbedaan sifat. Perbedaan sifat ini kadang tidak signifikan,
namun kadang juga sangat berpengaruh. Kita ambil contoh nasi dan
kayu. Nasi terutama tersusun oleh amilum, sedangkan kayu tersusun
oleh selulosa. Kedua zat ini memiliki unsur penyusun yang sama
persis, namun berbeda dalam strukturnya. Kenyataannya, nasi dapat
dimakan sedangkan kayu sama sekali tidak dapat dimakan. Inilah salah
satu alasan mengapa para ahli harus mempelajari isomer-isomer dalam
senyawa organik.
Contoh
lain, mungkin sebagian kita pernah mendengar entah itu dari iklan
atau dari sumber yang lain, bahwa minyak tak jenuh adalah baik untuk
kesehatan. Sebagaimana sudah kita pelajari, senyawa tak jenuh adalah
senyawa yang mengandung ikatan rangkap dalam struktur molekulnya.
Dengan adanya ikatan rangkap ini, maka minyak tak jenuh baik untuk
kesehatan karena dapat menangkal radikal bebas. Ikatan rangkap
yang dimilikinya dapat digunakan untuIkatan rangkap dalam senyawa
alkena (atau alkuna), dapat dideteksi menggunakan air bromin.
Senyawa
alkena (dan alkuna) akan melunturkan air bromink “menangkap”
radikal bebas dan menetralkannya, sehingga radikal bebas tidak lagi
berbahaya dan menyerang sel-sel tubuh.
Akan
tetapi, minyak tak jenuh yang mana yang baik untuk kesehatan? Nanti
akan kita pelajari bahwa untuk senyawa yang mengandung ikatan rangkap
dua, sebagian dari mereka akan memiliki dua macam isomer yaitu isomer
cis dan isomer trans. Sebagai contoh, minyak atau lemak
yang mengandung 18 buah atom karbon akan memiliki dua macam isomer
yaitu isomer cis yang disebut dengan oleat, dan isomer trans
yang disebut dengan elaidat. Berikut ini strukturnya:
Karena
ikatan rangkapnya berbentuk cis, maka oleat memiliki bentuk yang
tidak kompak, dan cenderung tidak beraturan, sehingga berwujud cair
pada suhu kamar, sedangkan elaidat, karena ikatan rangkapnya
berbentuk trans, maka bentuknya akan kompak dan beraturan, sehingga
berwujud padat pada suhu kamar, sama seperti senyawa lemak jenuh.
Dengan
perbedaan ini, maka ketika masuk ke dalam tubuh, oleat tetap akan
berbentuk cair, sehingga lebih mudah terbawa oleh darah dan tidak
akan mudah memadat. Sebaliknya, elaidat mudah memadat, sehingga
ketika senyawa ini masuk ke dalam tubuh, dia akan mengendap di
pembuluh darah dan dapat menimbulkan gangguan kesehatan, seperti
penumpukan kolesterol, yang pada gilirannya meningkatkan resiko
serangan jantung.
Untuk
itu, kita disarankan untuk banyak mengkonsumsi minyak tak jenuh jenis
cis dan mengurangi konsumsi lemak jenuh dan lemak tak jenuh jenis
trans. Lalu, apa ciri-ciri yang membedakan lemak jenuh dari minyak
tak jenuh?.
Cara
mudahnya adalah dengan melihat wujudnya. Minyak tak jenuh jenis cis
akan berwujud cair pada suhu kamar, sedangkan lemak jenuh dan lemak
tak jenuh jenis trans, akan berwujud padat pada suhu kamar. Meskipun
ada beberapa minyak jenuh yang berwujud cair pada suhu kamar seperti
minyak kelapa dan minyak kelapa sawit.
Contoh
minyak yang mengandung minyak tak jenuh jenis cis diantaranya adalah
minyak zaitun, minyak jagung, minyak bunga matahari, alpukat, dan
minyak ikan. Sementara itu contoh minyak tak jenuh jenis trans
diantaranya adalah snack, gorengan, margarin, dan minyak goreng
tertentu.
Adapun
contoh lemak dan minyak jenuh diantaranya adalah minyak kelapa,
minyak sawit, keju, daging merah, dan mentega.
Karena
efek yang bagus dari minyak tak jenuh, maka beberapa industri
terkadang melakukan proses pengubahan minyak jenuh menjadi minyak tak
jenuh. Prosesnya dinamakan dengan eliminasi hidrogen atau
dehidrogenasi, yaitu mengambil satu atau lebih molekul hidrogen dari
molekul minyak, sehingga terbentuk senyawa minyak yang memiliki
ikatan rangkap. Proses ini dilakukan pada keadaan yang khusus dan
terbukti sukses memproduksi minyak tak jenuh.
Akan
tetapi, permasalahan lain timbul, yaitu terkadang yang terbentuk
bukanlah minyak tak jenuh jenis cis, akan tetapi minyak tak jenuh
jenis trans. Sementara itu, minyak tak jenuh jenis trans tidak ada
bedanya dengan minyak jenuh yang sama-sama meningkatkan resiko
penyempitan pembuluh darah dan penumpukan kolestorol.
Sehingga,
yang lebih aman adalah mengkonsumsi minyak tak jenuh yang berasal
dari alam (bukan dari hasil olahan pabrik), karena minyak tak jenuh
dari alam lebih baik dan terbukti lebih efektif.
@IF'38
0 komentar:
Posting Komentar