Titik
didih dan kenaikan Titik didih
Titik
didih suatu zat adalah suhu
pada saat zat tersebut mendidih.
Proses pendidihan sendiri merupakan penguapan yang terjadi di seluruh
bagian cairan. Hal ini ditandai dengan adanya gelembung yang keluar
dari dalam cairan.
Apakah
titik didih semua zat sama? Tentu tidak, tergantung pada dua hal,
yaitu tekanan uap zat yang bersangkutan, dan lokasi di mana zat
tersebut berada. Suatu zat akan mendidih jika tekanan
uapnya sama dengan tekanan udara luar.
Cara
untuk menyamakan tekanan uap zat dengan tekanan udara luar adalah
dengan memberikan energi (kalor) kepada zat tersebut. Sebagaimana
kita ketahui, semakin besar suhu, maka tekanan uap pun akan semakin
besar, sehingga dengan membesarnya tekanan uap, maka ada pada saat
tertentu tekanan uapnya akan menyamai tekanan uadra luar. Nah pada
saat tekanan uap sama dengan tekanan udara luar inilah, maka
terjadilah proses pendidihan.
Faktor
yang kedua adalah lokasi di mana zat cair tersebut berada. Hal ini
karena tekanan udara di setiap tempat tidaklah sama. Semakin tinggi
suatu tempat dari permukaan laut, maka tekanan udaranya semakin
kecil. Hal ini dapat difahami karena jumlah udara semakin berkurang
seiring dengan bertambahnya ketinggian. Semakin tinggi suatu tempat
(seperti di pegunungan), maka tekanan udaranya pun semakin rendah,
sehingga semakin mudah pula tekanan uapnya sama dengan tekanan udara
luar. Akibatnya, titik didihnya pun semakin rendah. Sebagai
contoh, air yang dipanaskan di daerah pantai akan mendidih pada suhu
100 oC,
sedangkan air yang dipanaskan di puncak everest di pegunungan
himalaya, akan mendidih pada suhu dibawah 75 oC.
Semakin
rendah titik didih air di suatu tempat, maka memasak makanan di
tempat tersebut semakin lama, bahkan jika titik didihnya rendah
sekali seperti di puncak-puncak gunung yang tinggi, maka makanan
tidak dapat dimasak sama sekali. Sebaliknya, jika titik didih air
semakin tinggi, maka memasak makanan semakin cepat. Sebagai contoh,
panci presto dibuat sedemikian rupa supaya tekanannya meningkat
sehingga titik didih air menjadi sangat tinggi dan makanan pun
semakin cepat matang. Untuk panci presto dengan kualitas yang bagus,
tekanan udara di dalamnya dapat mencapai 6 atm. Dengan tekanan yang
sebesar ini, selain makanan cepat matang, tulang-tulang pun dapat
menjadi lunak.
Karena
perbedaan tempat artinya perbedaan tekanan udara, maka biasanya
data-data titik didih yang ada pada tabel-tabel, merujuk pada titik
didih normal, yaitu titik didih pada saat tekanan
udara luar 1 atm.
Daerah yang memiliki tekanan udara sebesar 1 atm adalah daerah pantai
atau dataran rendah dengan ketinggian 0 meter diatas permukaan laut.
Suatu
zat cair murni (misalkan air) yang memiliki titik didih tertentu,
akan mengalami perubahan
pada titik didihnya
ketika ditambahkan suatu zat terlarut nonvolatil seperti gula. Hal
ini terjadi, karena dengan adanya zat terlarut, maka tekanan uap
larutan akan menurun. Akibatnya, proses penguapan menjadi lebih sulit
(ingat konsep tekanan uap!). Hasilnya, dibutuhkan energi yang lebih
tinggi (suhu yang lebih besar) untuk menguapkan larutan tersebut.
Secara
logika hal ini juga bisa difahami. Ketika suatu zat terlarut seperti
gula dimasukkan ke dalam air, maka gula akan membentuk larutan yang
homogen dalam air. Partikel gula akan menyebar ke seluruh bagian
cairan termasuk di bagian permukaan. Partikel-partikel gula yang ada
di bagian permukaan akan menghalangi proses penguapan air, sehingga
jumlah uap air yang dihasilkan semakin sedikit. Akibatnya, tekanan
uapnya pun akan menurun. Tekanan uap yang lebih rendah akan
menyebabkan kebutuhan energi yang lebih tinggi untuk menyamakan
tekanan uapnya dengan tekanan udara luar. Alhasil, energi yang
dibutuhkan semakin bertambah sehingga suhu pendidihan pun semakin
membesar.
Titik
Beku dan Penurunan Titik Beku
Titik
beku adalah suhu
pada saat suatu cairan membeku. Pada
suhu ini, fasa cair suatu zat berada dalam kesetimbangan dengan fasa
padatannya. Proses pembekuan sendiri adalah suatu proses dimana
gerakan partikel-partikel zat cair melambat sehingga mereka memiliki
kesempatan untuk berikatan dengan partikel-partikel sesamanya untuk
membentuk suatu kristal padatan.
Sama
halnya dengan titik didih, titik beku normal didefinisikan sebagai
titik beku pada tekanan udara 1 atm. Untuk air (murni), titik beku
normal adalah sebesar 0 oC.
(meskipun sebenarnya, tekanan udara luar tidak banyak berpengaruh
pada titik beku, namun untuk keseragaman dengan titik didih, maka
digunakan patokan tekanan udara 1 atm).
Sekarang
kita lihat, titik beku air murni adalah 0 oC.
Bagaimana jika ada zat terlarut dalam air tersebut, apa yang akan
terjadi dengan titik bekunya? Jawabannya titik beku akan turun
menjadi di bawah 0 oC
(titik beku normal).
Mengapa
hal ini bisa terjadi?
Ketika
suatu zat cair melarutkan suatu padatan (misalnya air melarutkan
gula), maka ketika larutan ini akan membeku, partikel air akan
membeku terlebih dahulu sebelum partikel gula. Partikel-partikel air
akan berkumpul sesamanya, dan partikel gula pun akan berkumpul dengan
sesamanya pula, masing-masing membentuk kristal yang kompak. Hal ini
harus dilakukan, karena ukuran kristal air dan kristal gula tidaklah
sama, dan padatan kristal tidak akan terbentuk jika partikel-partikel
penyusun kristalnya tidak sama.
Nah,
karena larutan gula merupakan larutan yang homogen, maka ketika
dilakukan proses pembekuan (suhunya diturunkan), masing-masing
partikel (air dan gula) akan berusaha berkumpul dengan
“kawan-kawannya”. Pada titik beku air (0 °C), hal ini mustahil
terjadi, karena proses pembekuan air terhalangi oleh adanya partikel
gula. Akibatnya, supaya pembekuan dapat berlangsung, maka suhu harus
diturunkan beberapa derajat lagi agar gerakan partikel semakin
melambat sehingga proses pembekuan (paksa) dapat terjadi.
Maka
dari itu, larutan gula ini akan membeku di bawah titik beku normal
air, sehingga kita sekarang memahami mengapa suatu larutan memiliki
titik beku yang lebih kecil daripada titik beku pelarutnya (dalam
keadaan murni). Dan inilah penjelasan dari konsep penurunan
titik beku.
Gb. Proses pembekuan adalah proses berkumpulnya partikel-partikel
sejenis untuk membentuk kristal padatan yang homogen. Ketika ada dua
partikel atau lebih dalam suatu campuran, maka partikel-partikel
sejenis akan berusaha berkumpul satu sama lain. Gambar diatas
menunjukkan pembekuan campuran air dengan pewarna. Air membeku di
daerah pinggir dekat dengan kaca tabung reaksi, sedangkan zat pewarna
berkumpul dan membeku di tengah. Sumber : General Chemistry,
Whitten et. al
Dari
fakta diatas, dapatlah kita fahami mengapa es mambo (es batangan yang
biasa dikonsumsi anak-anak) bersifat lebih rapuh dan kasar daripada
es balok (es batu) yang biasanya lebih keras, kuat, dan mulus. Hal
ini karena es mambo merupakan campuran air dengan banyak zat terlarut
seperti gula dan pewarna, sedangkan es batu terbuat dari air murni. @IF'38
Makasih kak. Akhirnya pertanyaan saya selama ini terjawab...
BalasHapusHal ini berhubungan dengan sifat koligatif larutan, tapi para guru tidak pernah menjelaskan konsepnya terlebih dahulu. Akibatnya saya sering menghafalkan rumus....
terima kasih informasinya, kunjungi juga www.ppns.ac.id
BalasHapus