Begini,
perhatikan ! kofigurasi elektron dari 13Al
adalah 1s2 2s2 2p6
3s2 3p1,
sementara konfigurasi elektron dari ion Al3+
adalah 1s2 2s2 2p6
3s0 3p0.
Hal ini sesuai dengan konsep : “elektron yang pertama
kali keluar adalah elektron yang paling
terakhir masuk”.
Sekarang
perhatikan ! konfigurasi elektron dari atom 26Fe adalah
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
4s2 3d6, sementara
konfigurasi elektron dari ion 26Fe3+ adalah
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
4s0 3d5 dan
bukan 1s2
2s2 2p6 3s2 3p6 4s2
3d3. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan
konsep : “elektron yang pertama kali keluar adalah elektron
yang paling terakhir masuk”.
Mungkin
sebagian dari kalian ada yang bertanya-tanya, namun sebagian yang
lain (bahkan mungkin sebagian besarnya) tidak terlalu mempedulikan
masalah ini. Hal ini karena saya juga dulu termasuk yang tidak banyak
tanya dalam masalah ini dan teman-teman saya juga santai-santai aja,
gak ada yang kritis menanyakan hal ini pada guru. Dan pengalaman saya
sebagai guru, tidak ada satu pun, siswa yang bertanya tentang masalah
ini. Mereka semua pada taat, patuh, dan gak neko-neko.
Baiklah,
kembali kepada permasalahan di atas, bagaimana penjelasannya ?
Jawab
:
Untuk
menjawab pertanyaan ini, konsep yang harus difahami adalah bahwa
proses pengisian elektron
menyebabkan terjadinya perubahan tingkat energi.
Perhatikan, ketika elektron mulai mengisi orbital-orbital, maka
elektron akan mengisi orbital-orbital yang memiliki tingkat energi
terendah terlebih dahulu kemudian yang lebih tinggi darinya.
Pada
awalnya, tingkat energi 4s sedikit lebih rendah di bawah tingkat
energi 3d, hal ini menyebabkan elektron akan mengisi 4s terlebih
dahulu.
Akan tetapi, segera setelah 1 buah elektron mengisi subkulit
3d (seperti pada unsur 21Sc),
maka subkulit 3d akan turun sedikit di bawah 4s.
Semakin
banyak elektron yang mengisi subkulit 3d, maka semakin jauh pula
penurunan tingkat energi 3d, sehingga beda energi antara 3d dan 4s
pun semakin jauh. (Seperti pada unsur 30Zn).
Nah,
karena subkulit 4s sekarang lebih tinggi tingkat energinya daripada
subkulit 3d, maka elektron yang dilepaskan pertama kali adalah
elektron yang berada di subkulit 4s (karena energinya lebih tinggi).
Hal
ini menjelaskan mengapa unsur-unsur logam transisi nomor atom rendah
seperti Skandium dan Titanium, ketika membentuk ion positif, lebih
cenderung melepaskan semua elektron valensinya (baik dari 3d maupun
dari 4s) karena tingkat energi kedua subkulit tersebut berdekatan,
sedangkan unsur-unsur logam transisi nomor atom tinggi, lebih
cenderung untuk melepaskan elektron valensi pada subkulit 4s saja
membentuk ion 2+.
Sebagai
contoh, Skandium dan Titanium lebih cenderung membentuk ion dengan
muatan masing-masing +3 dan +4 (seperti pada senyawa ScCl3
dan TiCl4).
Hal ini karena elektron valensi skandium dan titanium masing-masing
adalah 3 dan 4.
21Sc
= [Ar] 3d1 4s2 ==> 21Sc3+
= [Ar] 3d0 4s0
22Ti
= [Ar] 3d2
4s2 ==> 22Ti4+
= [Ar] 3d0 4s0
Sementara
itu, seng lebih cenderung menjadi ion 2+ karena perbedaan energi
antara 3d dengan 4s sangat jauh, sehingga lebih mudah melepaskan 2
elektron dari 4s daripada melepaskan keseluruhan elektron terluarnya.
30Zn
= [Ar] 3d10 4s2 ==> 30Zn2+
= [Ar] 3d10
Nah, bagaimana sudah menjawab kebingungan sobat chem sekalian ? jika masih ada yang mau ditanyakan, silahkan isi kolom komentarnya. Insya Allah, jika saya bisa menjawabnya, akan saya jawab
Selamat belajar kimia
Selamat belajar kimia
@IF"38
Gimana cara menentukan konfigurasi elektron itu?
BalasHapusmantap min,
BalasHapusThank you kak.
BalasHapusTerima kasih banyak atas penjelasannya yang mudah dipahami ini, saya sangat terbantu ♡
BalasHapus